Senin, 02 Maret 2015

Ferry Lombok - Bali : Sewa Kamar (Terduga) Nakhoda dan Perjuangan di Toilet!

Perjalanan ke Lombok dan Bali bersama 2 orang teman saya ini sebenarnya sudah lama sekali, pada bulan Maret 2012, tapi karena ada beberapa kenangan lucu yang tak terlupakan, jadinya pengen ditulis deh... :)

Jadi setelah menghabiskan masing-masing satu malam di Lombok dan Gili Trawangan, kami bermaksud menyeberang dengan Ferry ke Bali. Penyeberangan berlangsung selama 4 jam dari Pelabuhan Lembar Lombok ke Pelabuhan Padang Bai di Bali. Di perjalanan menuju Pelabuhan Lembar, sopir mobil sewaan kami memberi informasi bahwa biasanya ada kamar milik kru kapal yang disewakan kepada penumpang. Saya tanya berapa tarifnya, katanya sekitar Rp. 20.000,-/penumpang. Katanya pula daripada berebutan kursi dengan penumpang lain mendingan sewa kamar aja hehehe... Baiklaaaahhh...

Hera, Eva dan saya hehehe... Narsis dikit boleh yaaaa... :D

Sebelum masuk kapal, eh ada yang jual nasi bungkus. Karena khawatir kelaparan, jadilah kami beli, lumayanlah buat isi perut biar nggak masuk angin, walaupun lauk dan rasanya seadanya hehehe... Oya, harga tiket Ferry-nya sendiri seingat saya murah banget, kalau tidak salah saat itu hanya sekitar Rp. 30.000,-/orang. Dan benar donk, kami langsung mencari informasi apakah ada kamar kru yang bisa disewa dan ternyata ada! Kami ditunjukkan sebuah kamar. Selanjutnya terjadilah negosiasi. Sang kru kapal meminta Rp. 100.000,-. Karena kami taat pada "instruksi" sopir mobil sewaan, maka kami menawar Rp. 60.000,- dengan asumsi Rp. 20.000,- x 3 orang. Kami keukeuh banget dengan harga tersebut dan yang saya ingat selanjutnya adalah, walaupun akhirnya kami mendapatkan kamar tersebut tapi sebelumnya salah satu kru kapal ngomong : "Cantik-cantik kok pelit!" bwahahahaha... Biarin deh, mending cantik tapi pelit daripada nggak cantik tapi tetap pelit hihihi... *Just kidding*... :D

Daaaannn... ternyata kamarnya lumayan rapi dan bersih lho, walaupun kami nggak yakin seprainya sudah diganti, tapi bodo amat deh, yang penting kami bisa berbaring dengan nyaman hehehe... Di kamar tersebut ada "fasilitas" TV, DVD player, kipas angin dan beberapa tabloid. Dari seragam dan topi yang digantung di dalam kamar, kami menduga-duga, mungkin kamar tersebut adalah milik Nakhoda kapal. Di dekat kamar kami ada sebuah ruangan yang ramai banget, tampaknya para kru dan nakhoda berkumpul di situ, mungkin juga di situ ruang kemudi, jadi begitu masuk kamar, kami langsung mengunci pintunya, rada parno juga sih sebenarnya hehehe...

Kamar (terduga) Nakhoda!

Sejumlah "fasilitas" kamar, si Eva tampaknya sudah lelah... :D

 


Sama Hera iseng foto di dekat seragam yang kami duga milik Nakhoda kapal hehehe...

Sekitar pukul 18.00 WITA kapal akhirnya berangkat. Tak lama kemudian, bukannya di kamar, kami justru ke geladak, menikmati pemandangan lautan dan biasa... foto-foto hehehe. Kami juga ngobrol-ngobrol dengan penumpang yang lain. Karena mulai gelap dan gerimis, kami buru-buru masuk kamar lagi deh.

Difotoin salah satu penumpang lain, thanks Mas Wolter! :)

Dari 4 jam perjalanan, saya sendiri hanya "bertahan" setengahnya. 2 jam terakhir saya mual luar biasa karena ombak. Jadilah saya cuma berbaring dan merem, berusaha tidur. Tapi sedang parah-parahnya begitu, tiba-tiba perut mules donk, pengen ke belakang. Akhirnya dengan terhuyung-huyung, saya ke toilet. Sudah mual, pusing, masih harus menyeimbangkan diri jongkok di atas kakus kapal yang sedang diterjang ombak itu rasanya sungguh luar biasa hahahahaha... Kalau ada yang pernah/sering merasakan susahnya buang air di toilet kereta api yang sedang berjalan, percaya deh, itu belum seberapa hahahahaha... Untungnya, setelah "berjuang" di toilet, saya bisa tertidur. Saya bangun menjelang kapal merapat di dermaga Pelabuhan Padang Bai, Bali, menjelang pukul 10 malam.

Akhirnyaaaa, sampai juga kami di Bali, dadah kapal!. Walaupun sempat cemas, karena ternyata di Pelabuhan ada pemeriksaan dan Eva lupa bawa KTP (sumpah, baru tahu pas di Bali kalau dia nggak bawa KTP hahahaha, entah dengan kartu identitas apa dia check in dalam penerbangan Jakarta-Lombok, SIM mungkin hehehe...), tapi Eva berhasil memenangkan perdebatan dan lolos. Hidup Eva! Mobil sewaan yang akan membawa kami ke Denpasar sudah menunggu dan terbayang nyamannya kasur hotel. Selamat datang di Bali... :)








Rabu, 04 Februari 2015

Antara Euforia dan Kecemasan... (Sebuah Perjuangan Untuk Bertemu Si Komo - Khusus Perempuan!)



Perjalanan saya menuju Labuan Bajo (dan tentu saja Pulau Komodo) adalah salah satu perjalanan impian saya, destinasi ini sudah ada dalam bucket list saya setidaknya 3 tahun sebelumnya. Dan yang lebih asyik adalah, saat memutuskan bahwa saya akan pergi bulan Agustus 2014 lalu, saya juga berhasil mengajak 6 orang sahabat saya yang semuanya cewek untuk ikut pergi ke sana hehehe... Horreeee... 
Labuan Bajo, salah satu destinasi impian...

Sebelum membeli tiket beberapa bulan sebelumnya, selain sibuk memantau (harga) tiket, mencari hotel, sewa mobil dan kapal, saya juga menghitung perkiraan tanggal menstruasi. Pasalnya, seperti kita tahu, Komodo sangat peka sekali dengan bau darah. Saya nggak mau donk, sudah beli tiket mahal-mahal tapi saya tidak bisa melihat Komodo atau dikejar-kejar sama mereka... Selain itu, saya juga menanyakan jadwal menstruasi teman-teman saya (dan pusing juga karena beda-beda semua)... :D

Berdasarkan perhitungan dengan mengamati siklus sebelumnya dan kesepakatan dengan teman-teman, akhirnya diputuskan untuk pergi pada tanggal 21-25 Agustus 2014 dengan itinerary sebagai berikut :
Jakarta/Bandung (1 orang teman dari Bandung) – Bali 1 malam – Labuan Bajo 2 malam – Bali 1 malam – Jakarta/Bandung.
Kenapa harus ke Bali? Karena semua penerbangan ke Labuan Bajo dari Denpasar, kalaupun ada yang langsung dari Jakarta tetap transit di Denpasar.
Akhirnya sampai sini... :)

Namun, manusia boleh berhitung, Tuhan yang menentukan. Setelah tiket dibeli, ternyata periode saya kacau balau, tidak sesuai perhitungan. Yang seharusnya saat berangkat periode saya sudah selesai, ini malah belum datang sama sekali. Beberapa hari sebelum berangkat saya mulai panik, sibuk browsing sana-sini. Atas saran dari seorang teman, saya akhirnya memiliki solusi : minum obat penunda haid. Obat ini biasa diminum wanita yang akan berangkat Umrah/Haji. Konon, perempuan di Arab sana kalau Ramadhan juga minum obat ini, supaya bisa puasa full satu bulan. Selain itu, dari beberapa blog saya juga mendapatkan solusi lain. Pahit-pahitnya saya ke Pulau Komodo dan Rinca (Komodo ada di dua pulau tersebut) pas saya lagi dapat, saya bisa melakukan 2 hal ini :

  1. Saya harus bertanya dulu sama Ranger (pemandu) di sana, apakah saya boleh ikut atau tidak. Kalau tidak boleh ya saya pasrah menunggu di pintu masuk atau di kapal (hiks...), kalau diijinkan ya saya harus terus berada dekat-dekat Ranger (mesra gitu hehehe...)
  2. Kalau (amit-amit) sampai dikejar Komodo, saya harus lari secara zig-zig karena Komodo akan susah mengikuti. Tapi saya tidak yakin dengan cara ini, iya kalau Komodo yang ngejar satu, kalau lebih bagaimana, dari arah yang berbeda pula... aaarrrghhh... stres saya...
Jadilah 2 atau 3 hari sebelum berangkat saya minum obat penunda haid. Berhasil? Tidak! Saya sudah mulai merasakan gejalanya; perut begah, gampang emosional dan makan banyak (hehehe, kalau ini sih, tiap hari sebenarnya). Dan betul dong, akhirnya datang juga... hiks. Menurut teman saya, obat itu seharusnya diminum minimal seminggu sebelum perkiraan datangnya periode saya, tetapi saya minumnya telat, jadi obatnya tidak mempan...

Di antara semuanya, cuma saya yang dapat, teman-teman lainnya aman-aman saja. Jadilah saya ngawur, namanya juga usaha, masa saya yang mengajak mereka ke Pulau Komodo malah justru saya yang tidak bisa melihat Komodo?. Jadi saya tetap minum obat tersebut pada malam sebelum ke Pulau Komodo. Memang sih, jadinya tidak sebanyak seharusnya. Tapi ingin tahu tahu efek sampingnya seperti apa? Perut begah luar biasa, yang seharusnya keluar seperti tertahan di dalam. Sekitar pukul 2 atau 3 dinihari saya tiba-tiba terbangun karena mual hebat dan akhirnya jackpot... Oh tidaaaakkk, ini semua demi Si Komo weleh...weleh...

  
Singkat kata, akhirnya keesokan harinya saya diijinkan Ranger untuk ikut trekking (asyiiikkk) walaupun saya musti cemas-cemas sedap dan minta dekat-dekat melulu dengan Ranger (manja deh saya) hahahaha... Akhirnya saya bisa bertemu Komodo dan tetap aman, selamat, sehat, sentosa... Senang banget pokoknya! :)
Foto bareng Bapak-Bapak Petugas Pulau Komodo yang ramah...


Yang berbaju biru adalah Ranger di Pulau Komodo dan yang posenya kelihatan takut itu sayaaaaa... hahahaha

 Jadiiii, tips untuk Mbak-Mbak atau Ibu-Ibu yang mau ke Pulau Komodo; tak perlu kuatir!. Anda bisa mengantisipasi dengan memilih jadwal berkunjung di luar periode Anda. Atau kalaupun kasusnya seperti saya, berkonsultasilah dengan Ranger, patuhi setiap perkataan Ranger dan selalu berada dekat-dekat Ranger. Saya tidak menyarankan Anda untuk minum obat penunda haid seperti saya.

Kami bertujuh di atas bukit di Pulau Rinca... :)
Yang lucu adalah, saya selamat di Pulau Komodo dan Rinca, tapi 2 buah Iphone saya (satu jadul, satu baru beli 5 bulan huhuuhuuu...) tidak selamat di Pulau Kanawa, plus saya digigit kucing saya sendiri setiba saya di kost, saya mendapat total 6 jahitan di kedua jari tangan kanan saya gara-gara menolong kucing saya yang kakinya terjepit teralis jendela!. Tidaaaaakkkk.... :’(

*Foto-foto courtesy Siti Kurniyawati. Thanks genkgong :).

Selasa, 03 Februari 2015

Mudahnya Bikin e-Passport!



Bulan September tahun 2015 ini passport saya habis masa berlakunya, jadi sejak jauh-jauh hari saya bertekad ganti dengan e-Passport dengan 3 nama. Siapa tahu bisa ke Jepang (bebas visa) dan bisa Umroh juga... Amiiiinnn :). Sejak bikin passport pertama kali, saya selalu mengurus sendiri, jadi saat pengen ganti e-Passport ini saya juga bertekad untuk mengurus sendiri.

Awalnya saya berniat mengajukan permohonan penggantian passport secara online, melakukan pembayaran di teller BNI, baru selanjutnya datang ke Kantor Imigrasi hanya untuk menyerahkan dokumen, foto dan wawancara. Pengajuan secara online sudah berhasil saya lakukan dan saya sudah mendapatkan email mengenai pengajuan tersebut, tetapi saya baru sadar bahwa itu untuk pengajuan passport biasa, bukan elektronik. Jadi saya berusaha mengisi lagi formulir pengajuan online, namun ternyata tidak ada pilihan “e-passport 48 halaman”, sehingga akhirnya saya memutuskan untuk datang sendiri ke Kantor Imigrasi. Oya, tidak semua Kantor Imigrasi melayani pembuatan e-Passport, untuk DKI, Kantor Imigrasi yang melayani e-Passport hanya Kantor Imigrasi Kelas I Khusus, sedangkan untuk di luar DKI antara lain ada di Surabaya dan Batam, silahkan cek di website Imigrasi untuk informasi lebih lengkap mengenai hal ini.

Jadilah saya ke Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Selatan yang ada di Warung Buncit, Mampang. Niat datang pagi-pagi kesana gagal karena hujan di pagi hari yang bikin males banget bangun hehehehe... Jadi, akhirnya setelah bermacet-macet ria, saya sampai sana hampir pukul setengah 11 siang! Oleh Security, saya dikasih tahu : “Cepat Mbak ke Lantai 2 untuk ambil antrian karena sebentar lagi sudah habis!”. Entah si Bapak Security ini lebay atau tidak, yang jelas saya lari-lari ke atas, ke Bagian Pengambilan Nomor Antrian, saya ditanyai mengenai kelengkapan dokumen, selanjutnya diberikan Formulir yang harus diisi dan nomor antrian. Saya dapat nomor antrian 2-139, dimana saat itu yang diproses baru sampai nomor 2-050 an. Untung saya sudah mengantisipasi dengan membawa banyak camilan dan juga majalah hahahaha...

Formulir pengajuan e-Passport

 Oya, sebelumnya saya sudah melengkapi semua dokumen yang diperlukan, yaitu :

  1. KTP asli dan fotocopy
  2. Kartu Keluarga asli dan fotocopy
  3. Akta Kelahiran/ Ijazah/ Surat Nikah asli dan fotocopy
  4. Passport lama (jika memiliki)
Jangan lupa semua dokumen yang difotocopy dalam ukuran kertas A4, untuk fotocopy KTP jangan dipotong ya.

Di lantai 2 ini, selain melayani pemohon walk-in, juga melayani pemohon yang sebelumnya mengajukan secara online. Di ruang tunggu disediakan beberapa layar yang menampilkan nomor antrian yang dipanggil dan nomor counter yang harus dituju. Ada 10 counter yang melayani. Berdasarkan pengamatan (hehehe...), untuk nomor antrian yang sudah dipanggil, prosesnya tidak terlalu lama. Tepat jam 12 siang, Petugas mengumumkan bahwa 8 counter akan diistirahatkan selama 1 jam, sedangkan 2 counter tetap melayani. Ok banget menurut saya :)

Akhirnya setelah menunggu hampir 4 jam (untungnya saya dapat teman ngobrol yang asyik, jadi majalah yang saya bawa malah tidak sempat dibaca), nomor saya dipanggil juga. Di masing-masing counter terdapat 2 meja dengan 2 orang petugas. Di meja petugas yang pertama, data kita akan diinput, seluruh dokumen kita akan diperiksa dan di-scan. Selanjutnya dokumen-dokumen tersebut diserahkan kepada petugas kedua. Di meja petugas kedua ini, kita akan diwawancarai singkat, difoto, scan sidik jari dan melakukan pembayaran. Oya, kita bisa melakukan pembayaran dengan kartu. Saat itu saya menggunakan debit BNI, sayangnya saya lupa tanya, apakah mereka juga menerima kartu dari bank lain. Selanjutnya kita akan diberikan tanda terima yang harus ditandatangani dan dipergunakan untuk pengambilan passport.

Oya, biaya pembuatan e-Passport 48 halaman adalah Rp. 655.000,-, sedangkan passport biasa 48 halaman Rp. 355.000,-. Ada juga passport biasa 24 halaman dengan harga yang lebih murah.

Jadiiiiiii, setelah menunggu hampir 4 jam, hanya diperlukan 12 menit saja untuk membuat e-Passport!. Ternyata bikinnya gampang dan tidak ribet sama sekali. E-Passport bisa diambil setelah 5 hari kerja, sedangkan passport biasa adalah 3 hari kerja. Cepat kan? :D

Oya ada beberapa tips nih, kalau kamu pengen bikin e-Passport :

  1. Datang lebih pagi lebih baik. Walaupun saat jam istirahat terdapat beberapa counter yang masih melayani, tapi kalau kamu datang lebih pagi kan bisa dapat giliran sebelum jam istirahat makan siang!
  2. Pakai baju yang rapi ya. Selain mau diwawancarai, kan ada sesi pemotretan juga dan bisa minta diulang kalau hasil foto pertama kurang ok hehehe, saya malah ditawarin mau diulang nggak, jadi walau sebenarnya hasil foto pertama sudah cukup tapi saya iseng minta difoto lagi hahaha...
  3. Kalau kamu pengen passport/e-passport dengan 3 nama (untuk Umroh/Haji), kamu harus mengisi formulir penambahan nama bermaterai. Formulir ini bisa diperoleh di koperasi Kanim dengan harga Rp. 8.000,- sudah termasuk materai.
  4. Kalau misalnya kamu awalnya mengajukan passport biasa, trus saat kamu dipanggil ke counter kamu berubah pikiran untuk bikin e-passport, ternyata bisa, asal sebelum melakukan pembayaran ya. Teman ngobrol saya yang mengajukan passport biasa ditawarin ganti jadi e-Passport.
  5. Kalau kamu pakai softlens, jangan lupa bawa cairan softlens dan tempatnya ya, karena harus dilepas pada saat difoto. Saya saat itu lupa bawa cairan maupun tempatnya, tapi Mbak Petugas di counter saya baik bangeeeeeeettttt ngambilin saya cairan softlens dan menggunakan 2 tutup botol air mineral sebagai tempatnya. Entahlah cairan softlens milik siapa, tapi saya rasa milik Kantor Imigrasi untuk mengantisipasi pemohon passport yang lupa macam saya ini hehehe... Karena nggak enak hati, saya sempat bilang ke Mbak Petugas : “Nggak apa-apa kok Mbak, saya lepas sebentar saja...”, tapi dia bilang : “Jangan, nanti matanya perih...” trus lari-lari ngambilin saya cairan softlens itu. Baik banget yaaa...
Dibandingkan saat saya pertama kali bikin passport dulu (di Kantor Imigrasi yang lain), pelayanan untuk pembuatan passport sekarang jauuuuuuuhhhh lebih baik, mudah dan cepat. Petugasnya juga baik dan ramah. Kita hanya perlu datang 2 kali saja, pada saat menyerahkan dokumen (plus wawancara dan foto), serta saat pengambilan. Itupun pengambilan bisa dilakukan oleh orang lain kalau kita tidak sempat. Kita bisa membeli formulir Surat Kuasa di Koperasi Kanim. Oya, jangan lupa passport yang lama diminta lagi ya saat kamu mengambil passport yang baru, kan bisa buat kenang-kenangan. 

Jadi, tunggu apalagi, ayo bikin e-Passport! :D

Passport lama saya (kiri) dan e-Passport baru (kanan). Sekilas sama (saya kira e-Passport berwarna biru seperti passport biasa yang baru), yang membedakan adalah tanda "chip" di bagian kanan bawah.